Senin, 02 Desember 2013


Dipojok warung kopi tepat dibawah rerimbunan pohon bambu yang rindang, gemericik air sungai yang menambah suasana terasa begitu damai, datang sosok yang tak asing lagi di mata Sri. Siapa lagi kalau bukan teman seperjuangannya kala duduk di bangku kuliah dulu “ Kopi Sri” rekues Siwa dengan tampang wajah galaunya. Tak selang beberapa lama Sri datang dengan secangkir kopinya dan duduk persisi di depan Siwa yang lagi galau. “ Lo kenapa sih Wa? Wajah ditekuk mulu, masalah sekolah lagi ?” Sri menebak-nebak, karena hal itulah yang sering membuat sahabatnya yang satu ini sering marang-marah gak jelaas. Aaaaaaah aku lagi benar2 galau setadium 4 Sri, aku kecewa aku marah. Marah pada diri sendiri yang tek berdaya dengan tatanan yang sedemkian rapi itu, rasanya aku mau berhenti saja jadi guru di sekolah formal itu Sri.
            He Wa, emang ada apa dengan sekolah mu sampai-sampai lo harus berhenti jadi guru?
            Taukah kau Sri betapa tertekannya aku, saat pendidikan yang hari ini aku lakukan tidak bisa menjadi warna bagi kehidupan. Dan kalaupun hendak ku tumpahkan warna-warna itu, warna itu mental oleh segala tatanan EDAN.
            Wa, bagaimana mungkin pendidikan tidak bisa menjadi warna??? ( tanya siwa keheranan dengan cara pandang temanya ini)
            Bagaimana bisa jadi warna saat semua pelajaran dipukul rata, bagaimna bisa jadi warna jika out put yang dihasilkan hanya untuk menjadi generasi  buruh, lebih parahnya aku telah jadi penjahat Sri, penjahat pada sosok anak yang aku paksa untuk membaca untuk belajar dan mengerjakan pelajaran ini dan itu. 
            Wa, bukankah kau pernah bilang bahwa yang terpenting adalah nilai,bertahanlah disekolah untuk menyebarkan nilai-nilai humanitas itu, karena dengan nilai-nilai itu pendidikan kita bisa menjadi warana.
            Ah kau tak tau Sri................... ( Siwa terdiam lama, matanya menerawang nan jauh diujung cakrawala )...... Pendidikan kita hari ini bukan pemarna tapi yang diwarna, pendidikan kita diwarnai oleh dunia, bukan dunia yang diwarnai pendidikan. Apa kau mau bukti?????  Sri tak menjawab pertanyaan Siwa, Sri hanya terdiam dan mencoba menjadi teman yang selalu setia menjadi pendengar Siwa.
            Pendidikan kita diwarnai oleh segala kepentingan politik penguasa Sri.. aaaaaaaaaaaah bisa gila aku ... kau tau berapa biaya yang harus dikeluarkan saat pendidikan gonta –ganti kurikulum?.. belum lagi isi dari kurikulum yang sedemikian rancu dan tak riel. Belum lagi isi materi pembelajaran yang sedemikian saklek dengan muatan-muatan teoritis.....trus mau jadi apa pendidikan dan generasi bangsa ku ini!!
            Wa, kau sering bilangkan dalam perjuangan ini siapa yang bertahan dia yang akan menang!
            Tapi ini beda Sri, aku merasa jika aku bertahan aku yang akan menjadi sampah, aku akan hidup dalam kesia-siaan. Lihat saja 20 th aku mengapdi dan berusaha merubah ini semua tapi apa yang terjadi??? Tidak banyak yang berubah dari lembaga pendidikan ku, lembaga pendidikan ku masih saja menjadai lembaga penipu. Akankah diusiaku yang mulai renta aku masih harus bertahan?lalu bagaimana dengan impian-impian gilaku lainnya???? Batin ku tersiksa Sri saat tubuhku tak kuasa melakukan apa yang menjadi mauku, akupun merasa berdosa dengan jutaan manusia yang anak-anaknya terjebak segala kasus kriminalitas, aku mersa berdosa atas segala penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai kultur bangsa ku yg dihasilkan dari pendidikan dan aku sosok manusia yang menjadi bagian dari padanya.
            Siwa memejamkan matanya, dia terlihat menahan rasa sakit yang mendera batinnya sekian lama. Sekuat apapun dia menahan lara dan air mata, akhirnya air mata pilu atas siksaan batinnya menetes juga.
            Baik lah Wa, aku mengerti sekarang! Berhentilah jika kau memang harus berhenti, wujudkan mimpi mu di tempat yang lain, dengan caramu dan kemampuan mu, karena hanya dengan kemandirian kau bisa melakukan semuanya itu. Tidak akan lagi ada orang yang memarahimu saat kau ingin menyampaikan apapun, tidak ada lagi guru yang marah pada mu saat murid-muridnya kau ajak ke sungai ataupun sawah ladang dan yang pasti tak akanada lagi perintah-perintah untuk membuat segala perencanaan pembelajaran yang katamu tak jelas itu.
            Terimakasih Sri,,,, aku akan menunjukkan pada mu dan Dunia Sri bahwa pendidikan itu adalah warna, pendidikan yang akan mewarnai pedesaan dengan generasi-generasi yang tak jaim ke sawah, pendidikan yang akan mewarnai perkotaan dengan generasi yang produktif kreatif di atas kemandiriannya, pendidikan yang akan mewarnai generasi bangsa untuk cinta tanah airnya dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaanya.
Batuaji Desa Tercinta Ku
02 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar