Kamis, 31 Oktober 2013


Disiang yang mulai menampakkan keelokannya bersama mentari yang begitu menawan, kereta api ekonomi doho jurusan malang melaju dengan kencang. Sementara itu sosok wanita tua renta dengan pakaian kejawen lengkap dengan kondenya dikepala yang sedikit tertutupi selendang warna biru masih berjalan dengan menatap kanan kiri, mencari kursi yang masih kosong, maklum saja dia hanya mampu membeli tiket kereta tanpa tempat duduk. dari kepala sampai ujung gerbong kereta dia tidak menemukan satupun tempat duduk yang kosong, hingga akhirnya dia berdiri disamping seorang wanita yang tertidur pulas. Cukup lama wani itu berdiri, cukup membuat kakinya terasa pegal, berkali-kali mengganti posisi untuk sedikit merelaksasi urat-urat kaki, sampai akhirnya wanita disampingnya terbangun akibat tubuh sinenek yang terus menerut menyenggol gadis itu.
                Dengan mata kriyipan ia mengucek-ucek matanya “ kita sampai dimana Lang?” nyampek Ngujang, udah tidur aja! Perjalanan kita sampai di Malang masih lama. Wanita itu beranjak dari duduknya menuju ke kamar kecil, dibasuh wajahnya yang sedemikian lusuh itu. Selesainya dari situ, dia menuju tempat duduknya lagi, dia melihat sosok tua itu dan tersenyum kecil, menyadari bahwa wanita itu tidak mendapatkan tempat duduk dia mempersilahkannya untuk duduk ditempatnya “ silahkan duduk nek” nenek itu terdiam sebenter “ terus kamu duduk dimana nak? Ah aku kan masih muda nek, J . Nenek itu kemudian duduk, dan gadis itu memilih mengambil selembar kertas yang disobek dari bukunya untuk dijadikan alas duduk. Percakapan dari mulai nama alamat dan lain-lainnya terjalin begitu hangat, sampi bibir mungil gadis itu bertanya, nenek ke malang mau kemana nek ? nenek mau ke pasar Gondang Legi nak,ngais rizki dari tumpukan-tumpukan sampah. Betapa terkejutnya wanita dan 1 teman disampngnya itu “ nenek ngapain harus mulung, nenek sudah tua saatnya nenek istirahat dirumah saja”( protes Elang) iya betul nek, nenek udah saatnya dirumah sama cucu-cucu, gak perlu kerja kayak gini ( sembung wanita itu). Ah nenek itu belum punya cucu, Cuma punya anak 1 yang masih kuliah, nenek pengen anak nenek jadi dokter agar bisa nolong orang-orang sakit yang miskin kayak nenek ini. Kedua wanita itu tertegun keheranan dengan jawaban sang nenek...
                Tiluttt tiiittuuuuuut pertanda kereta hendak berhenti ditujuan akhir Malang kota dan pertemuan ketiga makhluk Tuhan itu berakhir disana. Sampai jumpa nek, jaga diri nenek baik2. Iya nak terimakasih atas ketulusan hatimu, semoga slalu terjaga ketulusan itu. Bereka berjabat tangan dan mulai melangkahkan kaki ke tujuan masing-masing.
***
               
                Dalam langkah kecil sembari menikmati sejuknya udara di malam hari, kedua wanita itu berjalan dipinggiran trotoar, sampai kaki mereka terhenti di angkringan warung kopi. Langsung saja merebahkan tubuh di atas galar-galar bambu itu, hie Ca ngapain sih lo tadi sok belagak jadi pehlawan ? padahal kaki lo sendirikan baruja oprasi? Ah biasa saja lah Lang, mungkin ada baiknya kita perlu merasakan hidup susah, agar kelak kita bisa lebih menghargai hidup ini. Lagian bagaimana mungkin aku bisa duduk nyaman sementara disampingku ada wanita yang sudah renta berdiri diatas kaki yang renta pula! Heeeem iya bener juga sih Ca, tapi ngomong-ngomong nenek tadi itu luar biasa ya? Impiannya itu lo... sungguh cetar membahana .. Camar tertawa terbahak2... ha ha ha ha gaya bahasa lo itu lo... lagi demam ma teteh Syahrini? Serentak mereka tertawa terbahak-bahak..... dasar Lang ...Elang manusia2 Indonesia itu emeng latah ya!... ya gak pa-pa lah Ca nanti kala gak gitu, kita dikatain gak gaul. Ah lo La, peduli amat ma gaul, lagian standarisasi gaul juga gak jelas, yang gaul itu justru nenek tadi itu La, seperti yang kau bilang tentang mimpinya! Padahal dia sudah tua, tapi mimpinya sungguh diatas menara yang menjulang sana dia menempatkannya.
                Bertemankan secangkir kopi malam yang kian larutpun tak terasa bagi mata-mata cantik kedua wanita itu, semakin malam justru obrolan mereka semakin asyik dan menggila. Dari bicara soaal cabe dan terong yang murah sampai pada istana merdeka. Hey Ca ngomong-ngomong ni ya, impian lo apa Ca? Masak sih kita kalah dengan nenek tua tadi?.... Camar membalikkan pertanyaan, lo sendiri apa imian lo??? Ha apa gue!......impian gue, gue maunikah ma anaknya presiden ha ha ha ha ha ha h ha ha h ha ha Dasar Gila lo Lang,,,,, aah impian gue gak Jelas Ca, terlalu banyak profokasi dari kedua orang tua, sampai aku bingung menentukan jalan mana yang aku pilih, tapi yang pasti aku bermimpi tentang sebuah keluarga yang utuh, keluarga yang tinggal pada sebuah istana yang penuh dengan kasih sayang, penuh canda tawa.. aaah keluarga yang sempurna pokoknya Ca.... mata Elang berkaca-kaca, dan sebuah rangkulan dipundaknya menguatkannya,,, Camar tau betul bagaimana nasib Elang yang tumbuh ditengatengah keluarga yang broken home, berat tentunya.
                Impian mu sendiri apa Ca,, Oca menunjuk dengan jari-jarinya ke seberang jalan, sosok manusia yang tertidur dipinggir trotoar. Hah apa Ca ( Elang terkejut) lo mau jadi orang jalanan? Ha ha ha ha ha ha ha h dasar lo emang sahabat gue yang Gila Lang, mana mungkin gue punya cita-cita jadi gelandangan ! la trus ngapain lo tunjuk-tunjuk orang itu?? Itulah impian ku La, aku mendambakan kelak saat aku tua aku bisa melihat disekeliling rumah ku terdapat pagupon-pagupon yang elegan untuk orang-orang berteduh, siapapun bisa berteduh disana, dan aku ingin melihat keramaian anak-anak yang sedang belajar, anak-anak yang sedang berkarya dan masyarakat yang hidup secara berdampingan dengan penuh kerukunan, ya itulah La impian ku! impian yang hari ini masih terlihat berada dimenara yang begitu tinggi, hingga kadang akupun takut dan khawatir akankah ku mampu menggapainya ”.  waaauuuuuuu mimpimu sungguh luar biasa Ca, percayalah kebaikan akan berbuah kebaikan, dan apapun yang terjadi percayalah Tuhan mu akan memberikan jalan sekalipun jalan itu terjal dan curam.
***
                Pagi yang begitu cerah dan langkah kaki yang begitu cepat mengingat jarum jam sudah diangka 7 lebih 15 menit, pertanda perkuliahan pagi sudah dimulai. Berlari mereka menuju ke kelas di lantai 3 gedung kampusnya, namun sayang kaki mereka terhenti saat  mereka melihat  seorang mahasiswa yang sedang berdebat sambil menangis di depan petugas pelayanan kas kampus. Dengan linangan air mata dan suara yang begitu berat bagaikana leher yang dicekik gadis itu memohon-mohon “ Paaaak saya mohon jangan D O saya pak, beri sedikit kelonggaran waktu untuk melunasi biaya kuliah saya,, saya mohon pak”. Dengan muka yang penuh keangkuhan laki-laki ber hem abu-abu itu menjawab dengan lantang “ kalau kamu itu miskin, ya miskinsaja, gak usah neko-neko pengen kuliah, miskin aja belagu sok kuliah segala, giliran bayar ngemis-ngemis minta kelonggaran”. Di tariknya tangan gadis itu oleh Elang, hingga persis Elang lah yang dihadapan petugas bengis itu. “ Heh pak, kamu gak pernah sekolah, gak pernah kuliah, kamu gak pernah hidup susah? Kamu itu manusia bukan sih, punya hati gak sih, gak bisa apa mulut mu itu bicara yang enak di dengar telinga ( pertanyaan penuh hujatan terus dilontarkan elang pada petugas bengis itu, tanpa sedikitpun memberi kesempatan bapak itu untuk menjawab ) kemudian beberapa lembar uang berwarna merah di keurkan Elang, di taruknya dengan menggebrak meja petugas dengan keras , nih uang dan ingat baik-baik semua orang berhak bermimpi, semua orang berhak kuliah jadi jaga itu mulut mu kalau bicara. Elang langsung menarik tangan Cemara kemudian  berlalu sembari bibirnya msih saja mnggerutu si petugas yang sadis itu.
                Udah ah Ca gak usah kuliah deh hari ini, mut ku udah ilang, banyak orang bisa kuliah toh masih saja banyak manusia-manusia yang gak punya hati. Pokoknya hari ini aku mogok kuliah, lo La kok gitu... ayoooolaaaah kuliah itung-itung menuhi absen. Lagian kalau kita gak masuk, minggu depan kita pasti kena semprot dosen... Udah deeeh Ca lo mau bujuk gue kayak apapun juga gue gak mau kuliah... mending dikantin nongkrong ngobrol kesana kemari, kalaupun minggu depan kena semprot ya di dengarkan aja...~~  akhirnya mereka pun  melangkahkan kakinya ke kantin  kampus. Segelas jus alpukat dan jus jambu dipesan mereka,, “ Bu es nya yang buuuanyak ya” pesan Elang pada ibu kantin “ kok tumben mbak es nya banyak?” iya Bu otaknya Elang lagi mendidih, jadi perlu es banyak buat dinginin ha ha ha ha” jawab Camar meledek, dan Elangpun Cuma terdiam dengan bibirnya yang masih manyun kedepan.
                Ca jengkel banget aku ma petugas tadi, dasar petugas gak punya hati setres 100 % itu petugas, emang apa dia gak pernah jadi mahasiswa kayak kita ya  Ca? halah La kekejaman itupun juga sudah tersistematis dengan sedemikian rupa! Sistem telah membuat manusia mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Heh Ca tersistem gimana sih maksud mu?  Sanggah Elang keheranan dan masih dengan bibir manyunnya. Ya jelaslah tersistem, orang peraturan batas maksimal pembayaran kuliah juga sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak birokrasi lengkap dengan segala konsekuensinya. Elang manggut-manggut dan tak lama kemudian dia protes “ tapi ya Ca, kalau tak pikir2... sisitem itukan yang buat birokrasi yang dulunya juga kayak kita gini, mereka kebanyakan juga dari kalangan aktifis yang dulunya sering gembar-gembor soal keadilan. La trus gantian mereka jadi pemimpin? .... Kedua pundak Elang diangkat bersama dengan kedua tangannya dan dengan bibir yang berganti posisi menjadi mencibir .  La emang benar, birokrasi kita hari ini adalah mereka yag dulunya aktifis yang katanya idialis, tapi kini mereka telah berada di puncak menara yang sedemikian tingginya, sehingga mereka tidak mampu lagi melihat rakyatnya yang kelabakkan dan sekarat. Mereka sudah duduk manis dan berdiskusi dimenara yang tinggi itu tentang keuntungan dan keuntungan demi kepentingan mereka dan golongan mereka.
The End, Kereta Api Doho Penataran
Kediri-Malang Kamis 31 Oktober 2013 14.19 WIB

0 komentar:

Posting Komentar