Disiang yang mulai menampakkan
keelokannya bersama mentari yang begitu menawan, kereta api ekonomi doho
jurusan malang melaju dengan kencang. Sementara itu sosok wanita tua renta
dengan pakaian kejawen lengkap dengan kondenya dikepala yang sedikit tertutupi
selendang warna biru masih berjalan dengan menatap kanan kiri, mencari kursi
yang masih kosong, maklum saja dia hanya mampu membeli tiket kereta tanpa
tempat duduk. dari kepala sampai ujung gerbong kereta dia tidak menemukan
satupun tempat duduk yang kosong, hingga akhirnya dia berdiri disamping seorang
wanita yang tertidur pulas. Cukup lama wani itu berdiri, cukup membuat kakinya
terasa pegal, berkali-kali mengganti posisi untuk sedikit merelaksasi urat-urat
kaki, sampai akhirnya wanita disampingnya terbangun akibat tubuh sinenek yang
terus menerut menyenggol gadis itu.
Dengan
mata kriyipan ia mengucek-ucek matanya “ kita sampai dimana Lang?” nyampek
Ngujang, udah tidur aja! Perjalanan kita sampai di Malang masih lama. Wanita
itu beranjak dari duduknya menuju ke kamar kecil, dibasuh wajahnya yang
sedemikian lusuh itu. Selesainya dari situ, dia menuju tempat duduknya lagi,
dia melihat sosok tua itu dan tersenyum kecil, menyadari bahwa wanita itu tidak
mendapatkan tempat duduk dia mempersilahkannya untuk duduk ditempatnya “
silahkan duduk nek” nenek itu terdiam sebenter “ terus kamu duduk dimana nak?
Ah aku kan masih muda nek, J
. Nenek itu kemudian duduk, dan gadis itu memilih mengambil selembar kertas
yang disobek dari bukunya untuk dijadikan alas duduk. Percakapan dari mulai
nama alamat dan lain-lainnya terjalin begitu hangat, sampi bibir mungil gadis
itu bertanya, nenek ke malang mau kemana nek ? nenek mau ke pasar Gondang Legi
nak,ngais rizki dari tumpukan-tumpukan sampah. Betapa terkejutnya wanita dan 1
teman disampngnya itu “ nenek ngapain harus mulung, nenek sudah tua saatnya
nenek istirahat dirumah saja”( protes Elang) iya betul nek, nenek udah saatnya
dirumah sama cucu-cucu, gak perlu kerja kayak gini ( sembung wanita itu). Ah
nenek itu belum punya cucu, Cuma punya anak 1 yang masih kuliah, nenek pengen
anak nenek jadi dokter agar bisa nolong orang-orang sakit yang miskin kayak
nenek ini. Kedua wanita itu tertegun keheranan dengan jawaban sang nenek...
Tiluttt
tiiittuuuuuut pertanda kereta hendak berhenti ditujuan akhir Malang kota dan
pertemuan ketiga makhluk Tuhan itu berakhir disana. Sampai jumpa nek, jaga diri
nenek baik2. Iya nak terimakasih atas ketulusan hatimu, semoga slalu terjaga
ketulusan itu. Bereka berjabat tangan dan mulai melangkahkan kaki ke tujuan
masing-masing.
***
Dalam
langkah kecil sembari menikmati sejuknya udara di malam hari, kedua wanita itu
berjalan dipinggiran trotoar, sampai kaki mereka terhenti di angkringan warung
kopi. Langsung saja merebahkan tubuh di atas galar-galar bambu itu, hie Ca
ngapain sih lo tadi sok belagak jadi pehlawan ? padahal kaki lo sendirikan
baruja oprasi? Ah biasa saja lah Lang, mungkin ada baiknya kita perlu merasakan
hidup susah, agar kelak kita bisa lebih menghargai hidup ini. Lagian bagaimana
mungkin aku bisa duduk nyaman sementara disampingku ada wanita yang sudah renta
berdiri diatas kaki yang renta pula! Heeeem iya bener juga sih Ca, tapi
ngomong-ngomong nenek tadi itu luar biasa ya? Impiannya itu lo... sungguh cetar
membahana .. Camar tertawa terbahak2... ha ha ha ha gaya bahasa lo itu lo...
lagi demam ma teteh Syahrini? Serentak mereka tertawa terbahak-bahak..... dasar
Lang ...Elang manusia2 Indonesia itu emeng latah ya!... ya gak pa-pa lah Ca
nanti kala gak gitu, kita dikatain gak gaul. Ah lo La, peduli amat ma gaul,
lagian standarisasi gaul juga gak jelas, yang gaul itu justru nenek tadi itu
La, seperti yang kau bilang tentang mimpinya! Padahal dia sudah tua, tapi
mimpinya sungguh diatas menara yang menjulang sana dia menempatkannya.
Bertemankan
secangkir kopi malam yang kian larutpun tak terasa bagi mata-mata cantik kedua
wanita itu, semakin malam justru obrolan mereka semakin asyik dan menggila.
Dari bicara soaal cabe dan terong yang murah sampai pada istana merdeka. Hey Ca
ngomong-ngomong ni ya, impian lo apa Ca? Masak sih kita kalah dengan nenek tua
tadi?.... Camar membalikkan pertanyaan, lo sendiri apa imian lo??? Ha apa
gue!......impian gue, gue maunikah ma anaknya presiden ha ha ha ha ha ha h ha
ha h ha ha Dasar Gila lo Lang,,,,, aah impian gue gak Jelas Ca, terlalu banyak
profokasi dari kedua orang tua, sampai aku bingung menentukan jalan mana yang
aku pilih, tapi yang pasti aku bermimpi tentang sebuah keluarga yang utuh,
keluarga yang tinggal pada sebuah istana yang penuh dengan kasih sayang, penuh
canda tawa.. aaah keluarga yang sempurna pokoknya Ca.... mata Elang berkaca-kaca,
dan sebuah rangkulan dipundaknya menguatkannya,,, Camar tau betul bagaimana
nasib Elang yang tumbuh ditengatengah keluarga yang broken home, berat
tentunya.
Impian
mu sendiri apa Ca,, Oca menunjuk dengan jari-jarinya ke seberang jalan, sosok
manusia yang tertidur dipinggir trotoar. Hah apa Ca ( Elang terkejut) lo mau
jadi orang jalanan? Ha ha ha ha ha ha ha h dasar lo emang sahabat gue yang Gila
Lang, mana mungkin gue punya cita-cita jadi gelandangan ! la trus ngapain lo
tunjuk-tunjuk orang itu?? Itulah impian ku La, aku mendambakan kelak saat aku
tua aku bisa melihat disekeliling rumah ku terdapat pagupon-pagupon yang elegan
untuk orang-orang berteduh, siapapun bisa berteduh disana, dan aku ingin
melihat keramaian anak-anak yang sedang belajar, anak-anak yang sedang berkarya
dan masyarakat yang hidup secara berdampingan dengan penuh kerukunan, ya itulah
La impian ku! impian yang hari ini masih terlihat berada dimenara yang begitu
tinggi, hingga kadang akupun takut dan khawatir akankah ku mampu menggapainya
”. waaauuuuuuu mimpimu sungguh luar
biasa Ca, percayalah kebaikan akan berbuah kebaikan, dan apapun yang terjadi
percayalah Tuhan mu akan memberikan jalan sekalipun jalan itu terjal dan curam.
***
Pagi
yang begitu cerah dan langkah kaki yang begitu cepat mengingat jarum jam sudah
diangka 7 lebih 15 menit, pertanda perkuliahan pagi sudah dimulai. Berlari
mereka menuju ke kelas di lantai 3 gedung kampusnya, namun sayang kaki mereka
terhenti saat mereka melihat seorang mahasiswa yang sedang berdebat sambil
menangis di depan petugas pelayanan kas kampus. Dengan linangan air mata dan
suara yang begitu berat bagaikana leher yang dicekik gadis itu memohon-mohon “
Paaaak saya mohon jangan D O saya pak, beri sedikit kelonggaran waktu untuk
melunasi biaya kuliah saya,, saya mohon pak”. Dengan muka yang penuh keangkuhan
laki-laki ber hem abu-abu itu menjawab dengan lantang “ kalau kamu itu miskin,
ya miskinsaja, gak usah neko-neko pengen kuliah, miskin aja belagu sok kuliah
segala, giliran bayar ngemis-ngemis minta kelonggaran”. Di tariknya tangan
gadis itu oleh Elang, hingga persis Elang lah yang dihadapan petugas bengis
itu. “ Heh pak, kamu gak pernah sekolah, gak pernah kuliah, kamu gak pernah
hidup susah? Kamu itu manusia bukan sih, punya hati gak sih, gak bisa apa mulut
mu itu bicara yang enak di dengar telinga ( pertanyaan penuh hujatan terus
dilontarkan elang pada petugas bengis itu, tanpa sedikitpun memberi kesempatan
bapak itu untuk menjawab ) kemudian beberapa lembar uang berwarna merah di
keurkan Elang, di taruknya dengan menggebrak meja petugas dengan keras , nih
uang dan ingat baik-baik semua orang berhak bermimpi, semua orang berhak kuliah
jadi jaga itu mulut mu kalau bicara. Elang langsung menarik tangan Cemara
kemudian berlalu sembari bibirnya msih
saja mnggerutu si petugas yang sadis itu.
Udah
ah Ca gak usah kuliah deh hari ini, mut ku udah ilang, banyak orang bisa kuliah
toh masih saja banyak manusia-manusia yang gak punya hati. Pokoknya hari ini
aku mogok kuliah, lo La kok gitu... ayoooolaaaah kuliah itung-itung menuhi
absen. Lagian kalau kita gak masuk, minggu depan kita pasti kena semprot
dosen... Udah deeeh Ca lo mau bujuk gue kayak apapun juga gue gak mau kuliah...
mending dikantin nongkrong ngobrol kesana kemari, kalaupun minggu depan kena
semprot ya di dengarkan aja...~~
akhirnya mereka pun melangkahkan
kakinya ke kantin kampus. Segelas jus alpukat
dan jus jambu dipesan mereka,, “ Bu es nya yang buuuanyak ya” pesan Elang pada
ibu kantin “ kok tumben mbak es nya banyak?” iya Bu otaknya Elang lagi
mendidih, jadi perlu es banyak buat dinginin ha ha ha ha” jawab Camar meledek,
dan Elangpun Cuma terdiam dengan bibirnya yang masih manyun kedepan.
Ca
jengkel banget aku ma petugas tadi, dasar petugas gak punya hati setres 100 %
itu petugas, emang apa dia gak pernah jadi mahasiswa kayak kita ya Ca? halah La kekejaman itupun juga sudah
tersistematis dengan sedemikian rupa! Sistem telah membuat manusia
mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Heh Ca tersistem gimana
sih maksud mu? Sanggah Elang keheranan
dan masih dengan bibir manyunnya. Ya jelaslah tersistem, orang peraturan batas
maksimal pembayaran kuliah juga sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak
birokrasi lengkap dengan segala konsekuensinya. Elang manggut-manggut dan tak
lama kemudian dia protes “ tapi ya Ca, kalau tak pikir2... sisitem itukan yang
buat birokrasi yang dulunya juga kayak kita gini, mereka kebanyakan juga dari
kalangan aktifis yang dulunya sering gembar-gembor soal keadilan. La trus
gantian mereka jadi pemimpin? .... Kedua pundak Elang diangkat bersama dengan
kedua tangannya dan dengan bibir yang berganti posisi menjadi mencibir . La emang benar, birokrasi kita hari ini
adalah mereka yag dulunya aktifis yang katanya idialis, tapi kini mereka telah
berada di puncak menara yang sedemikian tingginya, sehingga mereka tidak mampu
lagi melihat rakyatnya yang kelabakkan dan sekarat. Mereka sudah duduk manis
dan berdiskusi dimenara yang tinggi itu tentang keuntungan dan keuntungan demi
kepentingan mereka dan golongan mereka.
The End, Kereta Api Doho
Penataran
Kediri-Malang Kamis 31
Oktober 2013 14.19 WIB
0 komentar:
Posting Komentar